Merupakan anugrah dari-Nya aku dapat mengetahui kisah ini, seperti dituliskan oleh akhuna Salim A. Fillah semoga Allah selalu memberkahinya dan disampaikan oleh adikku musyiroh melalui buku yang dipinjamkannya, semoga Allah selalu menjaganya dan meninggikan derajatnya. Sebuah kisah tentang seorang sahabat yang masing-masing terdidik oleh pendidik yang berbeda, terdidik oleh lingkungan yang berbeda, namun disatukan oleh persaudaraan dan aqidah yang sama. Beliau mengerti dan sang sahabat pun mengerti.
Simaklah kisah berikut yang telah ku jadikan TaBung (sTatus bersamBung) di facebookku.
seperti sepatu yang kita pakai, tiap
kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi
Krn ukuran Qta tak sama (1) Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang.
Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara.
Krn ukuran Qta tak sama (2) Di padang gembalaan tak jauh darinya ’Utsman, sedang
beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan
buah-buahan di rumah kecilnya.
Krn ukuran Qta tak sama (3) ”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari
pintu rumahnya, “Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”
Krn ukuran Qta tak sama (4) ”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah
akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar
berteriak dari kejauhan.
Krn ukuran Qta tak sama (5) “Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku
menangkapnya untukmu!”. “Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai
‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”
Krn ukuran Qta tak sama (6) ‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka
berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.
Krn ukuran Qta tak sama (7) Sifat-sifat
itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang –
dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.
Krn ukuran Qta tak sama (8) ‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang
dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa.
’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari
bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Itulah ‘Umar. Dan inilah
‘Utsman. Mereka berbeda.
Krn ukuran Qta tak sama (9) kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki
latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah;
jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain
lagi.
Krn ukuran Qta tak sama (10) setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa
sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.
Krn ukuran Qta tak sama (11) berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah
memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia
terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.
Krn ukuran Qta tak sama (12) Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang
tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara
menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.
Krn ukuran Qta tak sama (13) Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang
dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar
menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.
Krn ukuran Qta tak sama (14) Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang
lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain
pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu,
punya jawaban yang telak dan lucu.
Krn ukuran Qta tak sama (15) “Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki
kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di
masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”
Krn ukuran Qta tak sama (16) “Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar
dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”
Krn ukuran Qta tak sama (17) Tuntutlah diri untuk berperilaku baik dan sesudah itu tak
perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.
Krn ukuran Qta tak sama (18) Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi
teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita
teladan yang sunyi Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati
memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan
masing-masing kaki mempunyai sepatunya.
Krn ukuran Qta tak sama (19) Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih
berlainan lagi antara satu dengan yang lain. Seyakin-yakinnya kita dengan apa
yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran
yang lebih bercahaya.
Krn ukuran Qta tak sama (20) : Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah.
“Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan.
Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”